Translate

Sabtu, 28 Maret 2015

Makalah Aswat


UNSUR-UNSUR BAHASA : AL-ASWAT
A.    Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Aswat
Al-aswat adalah suara, yaitu bagaimana kita mengucapkan bunyi suara dalam bahasa Arab dengan baik dan benar sebagaimana orang-orang Arab mengucapkannya. Inti dari mempelajari al-aswat ini adalah kita bisa mengerti suara atau bunyi tersebut, bisa membedakan antara satu bunyi dengan yang lain dan bisa mengimplementasikannya dalam bentuk lain.[1] Oleh karenanya diawal kita belajar bahasa Arab, kita akan sering dan terus berucap, berujar dan bahkan tidak jarang kita akan berteriak-teriak untuk melafalkan huruf, kata dan kalimat dalam bahasa Arab.
Dalam tata bahasa Indonesia, ilmu ini biasanya dikenal dengan nama “fonologi”, atau ilmu tata bunyi. Maksudnya, ialah suatu ilmu yang membicarakan perihal bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur kata dan sekaligus mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia. Sedangkan dalam tata bahasa Inggris, ilmu aswat ini hampir sama dengan “phonetics” yang biasanya telah dikenal pada permulaan mempelajari bahasa Inggris. Dan ternyata demikian pula halnya, ilmu aswat juga harus kita kuasai sebagai langkah awal dalam mempelajari bahasa Arab.
Fonetik (aswat) merupakan bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh manusia. Disisi lain, fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh manusia. Disisi lainfonologi adalah ilmu yang mempelajari sistem fonetik yang didasarkan pada fonetik (berkaitan dengan artikulator dan titik artikulasi). Dalam bahasa Arab fonetik dapat disebut dengan ilmu aswat, yaitu suatu ilmu yang membeicarakan prihal bunyi, ujaran yang dipakai dalam tutur kata, sekaligus mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia. Pokok masalah yang dibicarakan dalam ilmu aswat adalah cara mengucapkan abjad Arab dengan fasih dan benar (mmakhroj huruf hijaiyah), baik ketika berdiri sendiri sebagai abjad maupun setelah dirangkaikan dan diberi harokat menurut keperluan yang ada.
Masalah yang sering dihadapi oleh guru bahasa Arab adalah kesulitan mengatasi pengucapan pada siswa. Solusinya adalah dengan membandingkan antara sistem bunyi bahasa Arab dengan sistem bunyi bahasa siswa dengan tujuan mencari segi persamaan dan perbedaan antara keduanya.
Dengan mengetahui persamaan dan perbedaan sistem bunyi bahasa yang terdapat pada keduanya, guru dapat memprediksi letak kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran aswat. Dengan demikian, guru mengetahui pengaruh bahasa ibu terhadap bahasa Arab yang dipelajari atau sebaliknya.[2]
B.     Konsonan Dalam Bahasa Arab
Ada baiknya guru bahasa Arab mengetahui semua konsonan bahasa Arab yang diajarkannya, mengetahui artikulator, cara mengucapkannya dan karakter bersuara atau tak bersuara dari masing-masing konsonan. Adapun konsonan arab dan karakteristiknya bisa dilihat pada uraian berikut :
ب         : Frikatif Bilabial Bersuara (ihtikaki syaftani majhur)
ت         : Hambat dental tak bersuara (waqfi asnani mahmuz)
 د          : Hambat dental bersuara (waqfi asnani majhur)
ط          : Hambat dental ditekan tak bersuara (waqfi asnani mufakhom majhur)
ض        : Hambat dental ditekan bersuara (waqfi asnani mufakhom majhur)
ك          : Hambat velar tak bersuara (waqfi tabaqi mahmuz)
ق          : hambat velar bersuara (waqfi tabaqi majhur)
ء          : Hambat glotal tak bersuara (waqfi hanjari mahmuz)
ج          : Frikatif alveolar bersuara (majzi listawi gari majhur)
ف         : Frikatif labiodental tak bersuara (ihtikaki syafawi asnani mahmuz)
ث         : Frikatif interdental tak bersuara (ihtikaki baiasnani mahmuz)
ذ           : Frikatif interdental bersuara (ihtikaki baiasnani majhur)
ز          : Frikatif apikoalveolar bersuara (ihtikaki listawi majhur)
ص        : Frikatif apikoalveolar ditekan tak bersuara (ihtikaki listawi mufakhom mahmuz)
ظ          : Frikatif interdental ditekan bersuara (ihtikaki baiasnani mufakhom majhhur)
ش         : Frikatif palatal tak bersuara (ihtikaki listawi gari mahmuz)
خ          : Frikatif velar tak bersuara (ihtikaki tabaqi majhur)
ح          : Frikatif velar tak bersuara (ihtikaki kholqi mahmuz)
ع          : frikatif uvular bersuara (ihtikaki kholqi majhur)
ه           : Frikatif glottal tak bersuara (ihtikaki khonjari mahmuz)
م           : Nasal bilabial bersuara (‘anfi syaftani majhur)
ن          : Nasal apikoalveolar bersuara (‘anfi listawi majhur)
ل          : Nasal latelar bersuara (‘anfi janibi majhur)
ر          : Getar apikoalveolar bersuara (tiqrari listawi majhur)
و          : Semivokal bilabial bersuara (syibh sho’ait syaftani majhur)
ي          : Semivokal palatal bersuara (syibh sho’ait ghari majhur)
Jika kita perhatikan, cara artikulasi pelafalan konsonan Arab dapat dikelompokan sebagai berikut :
1.      Stop/hambar (waqfiyyah) : ء, ق, ك, ض, ط, د, ت, ب
Bunyi yang berhenti selepas pengucapannya dengan cara menahan nafas dengan dua bibir atau lidah lalu dilepaskan sekaligus.
2.      Affrikat/paduan (majziyah) : ج
Bunyi hambat yang diikuti bunyi desis
3.      Frikatif/geseran (ihtikakiyyah) : ه,    ف,ث,ذ,س,ز,ص,ظ,ش,خ,غ,ح,ع
Pada bunyi bahasa ini, arus udara melalui saluran sempit lalu akan terdengar bunyi desis
4.      Nasal/sengawuan (‘anfiyyah) : ن, م
Bunyi yang keluar lewat hembusan udara dari hidung
5.      Lateral/sampingan (janbiyyah) : ل
Bunyi yang keluar melalui hembusan udara dari samping mulut
6.      Getar (tiqrariyyah) : ر
Bunyi yang keluar melalui getaran lidah sebagai akibat bersentuhannya ujung lidah dengan gigi
7.      Semivokal (Syibh sha’aitah) : و, ي
Bunyi yang diucapkan seperti huruf vokal, tetapi bunyinya pecah seperti huruf konsonan.
Sedangkan dilihat dari artikulatornya letak atau tempat pengucapan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.      Bilabial (syaftaniyyah) : و, م, ب
Bunyi yang keluar lewat bibir atas dan bibir bawah secara bersamaan
2.      Labiodental (syafawiyyah asnaniyyah) : ف
Bunyi yang keluar lewat bibir bawah dan gigi atas
3.      Dental (asnaniyyah) : ض, ط, د, ت
Bunyi yang keluar melalui ujung lidah dan gigi bagian dalam
4.      Interdental (bai’asnaniyyah) : ظ, ث,ذ,ص
Bunyi yang keluar dari ujung lidah antara gigi atas dan gigi bawah
5.      Alfeolar (listawiyyah) : ر, ن, ل, ز, س
Bunyi yang dihasilkan oleh berdekatannya atau bersentuhannya ujung lidah dengan gusi atas
6.      Alveolar palatal (lisawiyyah ghariyyah) : ش, ج
Bunyi yang keluar lewat lidah mendekati gusi
7.      Palatal (ghariyyah) : ي
Bunyi yang dihasilkan oleh berdekatannya atau bersentuhannya ujung lidah dengan langit-langit mulut.
8.      Velar (tabqiyyah) : غ, خ, ك
Bunyi yang keluar lewat pangkal lidah dan belakang pangkang langit-langit.
9.      Uvular (halqiyyah) : ع, ح, ق
Bunyi yang keluar melalui halq kerongkongan
10.  Glottal (hanjariyyah) : ه, ء
Bunyi yang keluar melalui tenggorokan.
Dilihat dari segi bersuara atau tidaknya, konsonan Arab dapat dikelompokan sebagai berikut :
1.                            Konsonan tak bersuara (sawamit mahmuzah) yaitu bunyi yang keluar tanpa menggetarkan pita suara – berjumlah 13 huruf yaitu :
ت, ط, ك, ق, ء, ف, ث, س, ص, ش, خ, ح, هـ
2.                            Konsonan Bersuara (sawamit majhuroh) yaitu bunyi yang keluar dengan menggetarkan pita suara berjumlah 15 huruf  yaitu :
ب, د, ض, ج, ذ, ز, ظ, غ, ع, م, ن,ل, ر, و, ي
C.    Vokal
Vokal dalam bahasa Arab dikenal 6 jenis vokal, yaitu : 1) fathah pendek, vokal tengah sedang tak bulat bersuara; 2) dhammah pendek, vokal belakang tinggi bulat bersuara; 3) kasrah pendek, vokal depan tinggi tak bulat bersuara; 4) fathah panjang, vokal tengah rendah tak bulat bersuara; 5) dhammah panjang, vokal be;lakang tinggi bulat bersuara; 6) kasrah panjang, vokal depan tinggi tak bulat bersuara.
Dengan memperhatikan keenam jenis vokal diatas, bisa disimpulkan bahwa vokal Arab bisa terbagi kedalam dua bagian yakni vokal pendek yang berjumlah tiga seperti tampak dalam kata سُمِعَ dan vokal panjang yang juga berjumlah tiga seperti tampak dalam kata كَانُوا شَاكِرِيْنَ
Apabila melihat dari bentuk bibir, vokal Arab juga terbagi menjadi dua, yakni vokal bulat, vokal yang disertai gerakan bibir memutar, yaitu dhammah panjang dan dhammah pendek, dan vokal tak bulat, vokal yang tidak disertai gerakan bibir memutar yaitu vokal selain dhammah panjang dan dhammah pendek.
Sedangkan jika dilihat dari tinggi rendahnya lidah, vokal bisa dibagi tiga jenis : 1, vokal tinggi, yaitu kasrah pendek dan kasrah panjang, dhammah panjang dan dhammah pendek. 2, vokal sedang, yaitu fathah pendek. 3, vokal rendah, yaitu fathah panjang.
Dan apabila dilihat dari bagian lidah yang menyertai pengucapan vokal, maka vokal dibagi tiga jenis : 1, vokal depan, yaitu kasrah pendek dan kasrah panjang. 2, vokal tengah yaitu fathah pendek dan fathah panjang. 3, vokal belakang, yaitu dhammah panjang dan dhammah pendek.
D.    Kesulitan-kesulitan Pelafalan
Ketika mempelajari bahasa Arab, oranmg non Arab sering kali dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang terkait dengan masalah pelafalan. Kesulitan-kesulitan ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Pertama, siswa mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi yang tidak ditemukan dalam bahasa ibunya.
Kedua, akibat kekeliruan dalam menyimak bunyi-bunyi huruf Arab dan mengira ada kemiripan dengan bunyi-bunyi huruf pada bahasa pertamanya, padahal, kenyataannya sangat berbeda.
Ketiga, siswa mengalami “salah dengar” lalu melafalkan bunyi huruf Arab sesuai dengan apa yang didengarnya. Padahal kesalahan dalam mendengarkan dengan sendirinya akan menyebabkan kesalahan pelafalan.
Keempat, siswa kurang memahami perbedaan esensial antara bunyi-bunyi yang mirip. Mereka mengira perbedaan itu tidak begitu penting seperti yang mereka temukan dalam bahasa pertamanya. Jika bahasa pertamanya tidak mempersalahkan perbedaan bunyi س, ز, bunyi ث,atau bunyi ت,ط mereka akan menyepelekan perbedaan bunyi-bunyi ini ketika mendengarkan atau menlafalkannya.
Kelima, terkadang siswa menambahkan bunyi-bunyi bahasa pertamanya keedalam bahasa Arab. Orang Amerika, misalnya, cenderung menambahkan bunyi p atau v kedalam bahasa Arab, karena bunyi-bunyi huruf tersebut sering muncul dalam bahasa ibu mereka.
Keenam, siswa mengucapkan bunyi huruf Arab sebagaimana melafalkan bunyi-bunyi huruf pada bahasa pertamanya. Bukan seperti orang-orang Arab melafalkannya. Orang amerika, lebih cenderung melafalkan huruf ت sebagai bunyi apikoalveolar dari pada bunyi dental. Demikian juga dalam melafalkan bunyi huruf  د  
Ketujuh, siswa seringkali merasa kesulitan melafalkan huruf Arab dengan benar hanya karena alasan sosial. Suatu bangsa tertentu, ada yang menganggap kurang etis jika seseorang ‘mengeluarkan lidah’ dari mulut ketika berbicara. Oleh karena itu, bagi mereka sulit untuk mengucapkan bunyi-bunyi huruf ث atau ذ.
Kedelapan, ada bunyi huruf Arab yang sama dengan bunyi huruf bahasa ibu siswa. Namun, pada kasus tertentu mereka tetap menemukan kesulitan dalam pelafalan. Orang Inggris, misalnya, tidak bisa mmengucapkan bunyi huruf ه diakhir kata dalam bahasa ibunya, walaupun mereka bisa mengucapkan bunyi huruf tersebut jika posisinya diawal atau ditengah kata. Oleh karena itu, pengucapan bunyi ه diposisi akhir kata, bagi orang Inggris dan Amerika tetap merupakan suatu kesulitan.
Kesembilan, diantara bunyi-bunyi huruf Arab yang dirasa sulit oleh orang non Arab semisal bunyi huruf : ض, ص, ظ dan ط yang merupakan bunyi mufakhomah, atau mutbaqah, atau muhallaqah. Kesulitan ini juga dirasakan dalam membedakan antara bunyi huruf ط dengan bunyi ت,ض dengan د,ص dengan س, dan ذ dengan ظ
Kesepuluh, diantara bunyi-bunyi huruf arab yang dirasa sulit oleh non Arab adalah bunyi huruf خ atau غ. Bahkan untuk huruf-huruf ini, anak-anak bangsa Arab pun merasa kesulitan dalam pengucapannya.
Kesebelas, diantara bunyi-bunyi huruf Arab yang dirasa sulit dibedakan oleh orang non Arab adalah bunyi huruf ه dan ح, ء dengan huruf ع dan huruf ك dengan huruf ق.
Keduabelas, orang-orang non Arab juga merasa kesulitan membedakan antara ء dengan harakat fathah pendek.
Ketigabelas, siswa juga merasa kesulitan membedakan antara harakat fathah pendek dan fathah panjang seperti pada kata سَمَرَ dan سَامَرَ
Keempatbelas, kesulitan dalam membedakan antara harakat dhamah pendek dan dhammah panjang seperti pada kata قُتِلَ dan قُوْتِلَ
Kelimabelas, siswa juga merasa kesulitan dalam membedakan antara harakat kasrah pendek dan harakat kasrah panjang seperti pada kata زر dan زير 
Keenambelas, kesulitan dalam mengucapkan bunyi huruf ر . mereka tidak mengucapkannya dengan lidah bergetar, tetapi mengucapkannya secara reflek sebagaimana dilakukan oleh orang Amerika. Bahkan, orang Inggris seringkali tidak mengucapkannya sama sekali jika huruf tersebut letaknya
diakhir kata.
E.     Aksen dalam Bahasa Arab
Dalam bahasa Arab dikenal ada tiga macam aksen nabr yaitu : 1) aksen pokok kuat dengan simbol fonem/-/; 2) aksen pertengahan dengan simbol fonem/^/; 3) aksen lemah dengan simbol fonem /ì/;
Dengan mengetahui dan menentukan jenis aksen dalam bahasa Arab sangat mudah, karena secara umum mengikuti pola atau aturan tertentu.
Pertama, kata yang terdiri dari satu suku kata, maka pada inti suku kata itulah letak aksen (nabr) pokoknya, seperti pada kata لن, من, عن
Kedua, kata yang terdiri dari dua atau tiga suku kata pendek, maka nabr pokoknya terletak pada suku kata pertama. Sedangkan pada suku kata lainnya lemah seperti pada kata درس dan جلس
Ketiga, kata yang terdiri dari dua atau tiga suku kata panjang, maka nabr pokoknya terletak pada suku kata terakhir. Sedangkan pada suku kata lainnya adalah nabr pertengahan seperti pada kata ناسون dan طاووس
Keempat, kata yang terdiri dari dua kata atau tiga suku kata, maka nabr pokoknya terletak pada suku kata panjang terakhir. Sedangkan pada suku kata lainnyaadalah nabr pertengahan jika panjang. Dan nabr lemah jika pendek seperti pada kata كاتب, كتاب, صائم صيام, صائمون
Kelima, kata yang terdiri dari emapt suku kata, maka nabr pokoknya terletak pada suku kata kedua, kecuali jika suku kata ketiga dan keempatnya panjang seperti pada kata مدرسة, طاولة, بناية
Keenam, kata yang terdiri dari lima suku kata, maka nabr pokoknya terletak pada suku kata ketiga, kecuali jika suku kata keempat atau kelimanya panjang seperti pada kata مدرستنا كتابتنا بنايتنا
Ketujuh, kata yang terdiri dari enam suku kata atau lebih, maka pada suku kata terakhir yang panjang terletak nabr pokoknya seperti pada kata استقبالاتهن
Perlu diingat, bahwa pelafan kata dengan penekanan stressing yang benar sangatlah penting sebagaimana pelafalan bunyi huruf-hurufnya. Namun demikian, ada beberapa kesulitan yang biasa dihadapi siswa non Arab dalam penggunaan tekanan yang benar, pertama, ada kalanya siswa memberikan aksen pokok bukan pada suku kata yang tepat.
Kedua, pemberian aksen pada suku kata yang salah akan menyebabkan pemanjangan bunyi vokal yang seharusnya pendek, seperti kata صام yang terkadang dibaca صاما . hal demikian bisa merubah makna yang berbeda.
Ketiga, siswa terkadang memberikan lebih dari satu aksen pokok dalam satu kata. Hal ini tentunnya bertentangan dengan kaidah aksentausi dalam bahasa Arab yang hany memberikan satu aksen pokok dalam satu kata.
Keempat, terkadang siswa terpengaruh oleh aksen dalam bahasa ibu dan menerapkannya dalam bahasa Arab yang sedang dipelajarinya.
Hal demikian jelas merusak aturan aksen bahasa Arab.
F.      Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Pembelajaran Bahasa Kedua
Seorang siswa yang pertama kali mengahdapi pelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua asing, sebenarnya sudah memiliki kebiasaan dan pengalaman kebahasaan walaupun masih terbatas, yaitu pengalaman yang diperolehnya dari lingkungannya saat memperoleh bahasa pertama bahasa ibu. Kebiasaan dan pengalaman kebahasaan siswa bahasa ibu memiliki, paling tidak dua pengaruh :
Pertama, adakalanya kebiasaan dan pengalaman bahasa pertama membantu siswa untuk mempelajari bahasa kedua bahasa Arab. Hal ini terjadi antara bahasa pertama bahasa ibu dan bahasa baru yang dipelajarinya ada segi persamaan. Jika dalam bahasa pertama, misalnya ada bunyi-bunyi yang juga ada pada bahasa kedua  yang dip[elajarinya, tentu akan membantunya dalam belajar bahasa Arab sebagai bahasa kedua. Dengan demikian, dalam kasus ini, pengaruh bahasa pertama bersifat positif dan mempermudah dalam mempelajari bahasa baru.
Kedua, pada waktu yang sama, ada kalanya kebiasaan dan pengalaman bahasa pertama justru pada tataran tertentu mempersulit siswa dalam mempelajari bahasa kedua bahasa Arab. Hal ini terjadi jika cara pelafalan antara bahasa pertama bahasa ibu dengan bahasa baru yang dipelajarinya terdapat perbedaan yang sangat tajam. Sehingga beberapa siswa merasa kesulitan mengucapkan bunyi huruf Arab tertentu yang memang tidak pernah dikenal dalam bahasa pertamanya. Alhasil, siswa tersebut membunyikan huruf Arab dengan dialek, cara dan kebiasaan yang biasa dilakukan pada bahasa pertama yang karakternya sangat jauh berbeda. Dalam kasus ini, pengaruh bahasa pertama bersifat negatif dan mempersulitsiswa dalam mempelajari bahasa baru.
G.    Perbedaan Fonetis dan Fonemis
Bagi pelajar pemula, hampir bisa dipastikan sulit sekali untuk bisa mengucapkam kata-kata atau kalimat Arab sama persis seperti ucapan penutur asli. Meskipun berusaha dengan sungguh-sungguh dan berhasil dengan baik, tetap saja meraka berbicara atau mengucapkan kata-kata Arab sebagai bahasa kedua, bukan bahasa asli mereka, nampak sekali perbedaan dengan orang Arab asli. Dengan melihat fenomena diatas, pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah guru tetap bersikap diam atau tetap berusaha dan menuntut siswanya mampu mengucapkan kata-kata Arab seperti orang Arab ?
Menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita bisa melihat perbandingan atau perbedaan antara kedua hal berikut :
Pertama, perbedaan fonetis. Yang dikasud dengan perbedaan fonetis adalah perbedaan yang tidak mempengaruhi atau tidak mengubah makna. Jika misalnya siswa mengucapkan ت dengan cara apicoaveolar, yang seharusnya dental, maka perbedaan yang terjadi dalam kasus ini adalah perbedaan bunyi, karena tidak menimbulkan perubahan makna. Jika siswa mengucapkan د dengan cara apicoaveolar, padaha;l seharusnya dental, maka perbedaan yang terjadidalam kasus ini juga adalah perbedaan bunyi, karena tidak menimbulkan perubahan makna. Jika siswa mengucapkan ر dengan cara reflektif, padahal seharusnya getar, maka perbedaan yang terjadi dalam kasus ini adalah perbedaan fonetis yang juga tidak merubah makna. Oleh karena itu, dalam kasus seperti ini, guru boleh mengesampingkan. Namun, bukan berarti membiarkan siswa dalam kondisi seperti ini terus menerus, atau justru mendorongnya sehingga menjadi kebiasaan yang melekat. Hal ini boleh sedikit dikesampingkan untuk lebih memperhatikan dan kosentrasi pada perbaikan kesalahan yang agak fatal.
Kedua, perbedaan fonemis adalah perbedaan yang menyebabkan fonemis yang menyebabkan perubahan makna. Jika siswa mngucapkan ال untuk kata yang tertulis سال maka dalam kasus ini adalah perbedaan dan kesalahan fonemis yang dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan   makna. Perbedaan antara ت dengan  ط dalam bahasa Arab merupakan perbedaan fonemis yang akan menimbulkan perbedaan makna. Begitu pula dengan perbeda pasangan berkut : ح, ع, ء, هـ, ك, ق, ث, ذ, ز, ظ, س, .ص, ش, ح هـ
Perbedaan fonemis seperti ini merupakan masalah yang penting dan perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Arab baik kosakatanya maupun pelafalannya. Sekali lagi, perbedaan dan kesalahan seperti ini tidak boleh diremehkan. Sedangkan perbedaan atau kesalahan fonetis, mungkin bisa sedikit agak diabaikan untuk tahap-tahap awal agar lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih penting. Oelh karena itu, guru harus menjadi tauladan dengan memberi contoh yang baik dalam pelafalan huruf, kata dan kalimat Arab dalam berbagai kondisinya.
H.    Strategi Pembelajaran Aswat
Dalam mengajarkan kaidah-kaidah ujaran, perlu dilakukan dengan cara praktek bukan teori. Proses pembelajarannya dengan banyak menirukan apa yang didengar secara berulang-ulang. Dalam hal ini tidak diperlukan banyak membandingkan dengan bahasa lain secara teoritis.[3]
I.       Dasar-dasar Latihan Pengucapan
Latihan pengucapan memiliki beberapa prinsip. Pertama, menggunakan latihan pasangan minimal. Kedua, ketika memberikan contoh pengucapan yang akan diikuti oleh siswa, mulailah dengan bunyi mudah dan letakan pada kata pertama pada pasangan minimal tersebut. Sedangkan bunyi yang sulit diletakan pada kata yang kedua. Ketiga, dalam melatih pengucapan bunyi huruf-huruf Arab, mulailah dari kata terlebih dahulu, kemudian ke frase shibh jumlah, dan berikutnya dalam kalimat. Keempat, sebelum memulai melatih pengucapan, terlebih dahulu latihlah siswa untuk mengenal bunyi dan perbedaan antara satu huruf dengan lainnya. Kelima, ketika melakukan latihan dengan pengulangan, lakukanlah pengulangan secara klasikal, lalu secara kelompok, kemudian secara individu. Keenam, gunakan isyarat dengan tangan secara tertib dan rapi dalam melatih pengucapan. Ketujuh, gunakan bahasa Arab fusha dalam melatih pengucapan dan hindari penggunaan bahasa ‘amiyah, karena bahasa Arab fusha merupakan bahasa al-Qur’an, budaya dan ilmu pengetahuan dan juga bahasa persatuan bangsa Arab dan umat Islam
J.      Media Pengajaran Fonetik
Diantara media yang bisa digunakan untuk pengajaran fonetik adalah cermin. Siswa bisa memanfaatkan cermin untuk latihan pengucapan, terutapa dalam mengucapkan huruf-huruf atau makhraj yang dirasa sulit. Jika seorang siswa yang ingin berlatih mengucapkan huruf ث misalnya, maka dicermin ia bisa mengontrol bahwa untuk mengucapkannya ia harus meletakan ujung lidahnya diantara ujung lidah gigi atas dan bawah.
Guru juga bisa memanfaatkan dan menunjukan skema atau gambar yang menerangkan letak alat ucap dan pengucapan huruf tertentu. Bahkan, bisa juga membuat skema atau gambar alat ucap ini untuk menunjukan letak makhraj semua huruf yang akan diajarkan. Gambar skema ini akan membantusiswa mengetahui letak-;etak pengucapan setiap huruf dan akan berusaha menerapkannya melalui latihan berulang-ulang.
Cara lain yang bisa digunakan adalah untuk memberikan penjelasan secara lisan berkaitan dengan cara pengucapan suatu huruf serta letak alat ucap  yang berfungsi untuk mengucapkan huruf tersebut.
K.    Saran Untuk Guru
jika guru ingin membantu mengurangi beban dan kesulitan siswa dalam latihan pengucapan, sebaiknya mengikuti saran-saran berikut :
pertama, siswa harus menyimak contoh dari guru sebelum mereka mengucapkan huruf tertentu. Biarkan mereka menyimak dengan baik dengan kata-kata atau kalimat yang dicontohkan guru dua atau tiga kali. Setelah itu, baru menirukan contoh pengucapan dari guru.
Kedua, guru hendaknya membuat persiapan yang matang sebelum masuk kelas dan menguasi betul pengucapan bunyi huruf-huruf atau kalimat yang akan diajarkan dan dengan cara yang benar dari sisi huruf vokal dan konsonannya serta harakat dan aksentuasinya. Guru didalam kelas akan memberikan contoh pengucapan. Oleh karena itu, ia harus menjadi tauladan, karena siswa akan menirukan apa yang diucapkan oleh guru. Jika guru memberikan contoh pengucapan yang salah, maka contoh yang salah itulah yang akan diikuti oleh siswa. Jika hal demikian terjadi, maka sulit untuk membetulkan bacaan dan pengucapan siswa.
Ketiga, guru hendaknya memperhatikan pengucapan yang benar, tidak saja yang ebrkaitan dengan fonem qat’i, melainkan juga yang berkaitan dengan vokal dan konsonan. Bahkan, ia pun harus memperhatikan yang berkaitan dengan fonem yang ghairu qat’i atau aksentuasi, pemenggalan dan iramanya.
Keempat, guru hendaknya meltih siswa pengucapan yang benar disatu sisi, dan pada waktu yang samaia harus memperhatikan tingkat kecepatan yang wajar dalam pengucapan kata atau kalimat.
Kelima, disamping itu, guru juga harus selalu memberikan contoh pengucapan yang ebnar dalam pengucapan yang benar dalam mengajarkan ketrampilan bahasa lainnya seperti mengajarkan kosakata, gramatika, membaca dan sebagainya.
Keenam, dalam mengajarkan kosakata baru, hendaknya guru mengajak siswa memperhatikan beberapa huruf yang tertulis, tetapi tidak diucapkannya.
Ketujuh, guru hendaknya mengetahui bunyi-bunyi huruf Arab yang pengucapnanya dirasa sulit oleh siswa. Berikan porsi latihan yang lebih banyak untuk bunyi-bunyi yang dirasa mudah.
Kedelapan, guru harus mampu dan siap membuat berbagai jenis latihan pengucapan agar kesulitan siswa teratasi.
L.     Langkah-langkah Pengajaran Aswat
Berikut ini langkah-langkah pengajaran aswat yang bisa dipertimbangkan penggunaannya oleh guru dengan melihat kondisi ril dikelasnya[4]. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Penyajian Model Pelafalan
Cara yang efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa Arab yang sulit kepada siswa adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti oleh siswa. Selain dalam bentuk bunyi tunggal, contoh pelafalan tersebut sebaiknya diberikan dalam bentuk kata  bermakna dimana huruf yang dicontohkan berada diawal, tengah dan akhir kata.
Teknik lain yang efektif untuk mencontohkan pelafalan bunyi bahasa adalah dengan menggunakan pasangan minimal (suna’iyah sugra/minimal pair) yaitu dua kata yang berbeda maknanya karena perbedaan satu huruf saja, apakah diawal, tengah atau diakhir. Latihan membedakan bunyi bahasa dengan pasangan minimal dapat dilakukan dengan cara guru melafalkan pasangan minimal dengan jelas, sementara siswa menyimak dan memperhatika gerak bibir dan mulut guru mereka supaya terlihat dengan jelas perbedaan kedua kata tersebut.
Kegiatan memberikan model pelafalan pada siswa juga bisa dilakukan dengan menulis lambang bunyi yang dicontohkan. Teknik ini tentunya bisa dilakukan kalau guru mengajarkan kemahiran menyimak bunyi bahasa dengan kemahiran membaca lambang bahasa. Dengan suna’iyyat sugra kegiatan ini bisa dilakukan dengan membedakan dua huruf yang berbeda dalam warna yang berbeda, sehingga ketika guru melafalkan setiap kata, siswa bisa dengan mudah mengidentifikasi bunyi yang berbeda tersebut dari warna tulisan yang berbeda.
2.      Pemberian Latihan /Drill
Setelah memberikan contoh pelafalan guru memberikan beberapa bentuk untuk membiasakan siswa  melafalkan bunyi-bunyi yang sudah dicontohkan pelafalannya pada tehapan sebelumnya. Diantara bentuk drill yang bisa digunakan oleh guru adalah ;
a.       Latihan menirukan dan mengulangi dengan cara :
-          Para siswa meniru atau mengulangi secara bersama-sama
-          Para siswa meniru atau mengulangi secara berkelompok
-          Para siswa meniru atau mengulangi secara perorangan.
b.      Latihan membedakan bunyi bahasa
Latihan ini dapat divariasikan menjadi :
a.       Menentukan satu dari tiga bunyi
b.      Menentukan salah satu dari tiga bunyi dalam sebuah kalimat
c.       Menyimak dan mengulangi suna’iyyah sugra (buku tertutup)
d.      Membaca dan mengulang suna’iyyah sugra (buku terbuka)
e.       Membaca bebas artinya guru memerintahkan para siswa untuk membaca huruf, kata atau kalimat yang mengandung bunyi yang sulit tanpa memberikan contoh pelafalan terlebih dahulu.
3.      Praktik Penggunaan  Bunyi Bahasa
Maksud kegiatan ini adalah guru mengunakan bunyi-bunyi yang sudah dipelajari oleh siswa dalam kegiatan berbahasa sebenarnya, baik yang komplek maupun yang sederhana, seperti dengan cara menyebut nama siswa dalam kelas atau menyebut nama anggota badan yang menggunakan bunyi-bunyi yang sudah dilatihkan.







[1] Dr. Abdurrahman bin Ibrahim al-Fauzan, Tadris al-‘Anashir al-Lugghawiyah, Durus al-Daurat al-Tadribiyah li Mu’alim al-Lughah al-‘Arobiyah li Ghairi al-Natiqina biha.
[2] Muhammad Ali al-Khuli, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (yogyakarta, 1986), hal : 39
[3] Imam Makruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif (Semarang, 2009) hal : 47
[4] http://www.Slideshare.net / ermah fir/prosed...ik-Pengajaran-Aswat-dan-Maharah-al-Istima’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar